Earsoundhearing.com – Gangguan pendengaran sensorineural (SNHL – Sensorineural Hearing Loss) adalah salah satu jenis gangguan pendengaran yang paling sering kita temukan pada orang dewasa, baik yang terjadi akibat penuaan (presbikusis) maupun paparan suara keras, trauma, atau faktor genetik.
SNHL terjadi akibat kerusakan pada struktur telinga dalam, terutama pada koklea (bagian telinga dalam yang mengubah gelombang suara menjadi impuls saraf) atau pada saraf pendengaran itu sendiri. Kondisi ini umumnya bersifat permanen dan tidak bisa disembuhkan, namun ada beberapa metode untuk mengelola atau memperbaiki kemampuan pendengaran.
Proses Biologis Gangguan Pendengaran Sensorineural
Untuk memahami bagaimana gangguan pendengaran sensorineural bekerja, kita perlu melihat lebih dalam pada mekanisme pendengaran itu sendiri. Proses pendengaran terdiri dari beberapa langkah yang kompleks:
1. Telinga Luar dan Tengah
Suara yang kita terima dari lingkungan masuk melalui telinga luar, melewati saluran telinga, dan mencapai gendang telinga. Getaran dari gendang telinga kemudian diteruskan ke tiga tulang kecil di telinga tengah (ossikel): martil, landasan, dan sanggurdi. Ossikel ini memperbesar getaran suara dan meneruskannya ke telinga dalam.
2. Telinga Dalam (Koklea)
Di telinga dalam, suara yang diteruskan oleh ossikel menyebabkan cairan dalam koklea bergetar. Koklea mengandung sel-sel rambut yang sensitif terhadap getaran tersebut. Sel-sel rambut ini kemudian mengubah getaran menjadi impuls listrik yang dikirim melalui saraf pendengaran ke otak.
3. Saraf Pendengaran dan Otak
Impuls listrik yang kita terima dari koklea dikirimkan oleh saraf pendengaran menuju otak, khususnya ke bagian yang mengolah suara. Di otak, impuls tersebut diterjemahkan menjadi informasi yang dapat kita kenali sebagai suara.
Pada gangguan pendengaran sensorineural, salah satu dari dua komponen ini, baik sel-sel rambut dalam koklea atau saraf pendengaran mengalami kerusakan. Kerusakan ini dapat mengurangi atau menghilangkan kemampuan kita untuk mendeteksi suara dengan jelas.
Penyebab Gangguan Pendengaran Sensorineural
Adapun penyebab utama gangguan pendengaran sensorineural, antara lain:
1. Presbikusis (Penuaan)
Penuaan adalah salah satu penyebab utama gangguan pendengaran sensorineural pada orang dewasa. Seiring bertambahnya usia, sel-sel rambut dalam koklea secara alami mengalami degenerasi, yang mengarah pada penurunan kemampuan mendengar frekuensi tinggi. Presbikusis biasanya terjadi pada usia 60-an dan berkembang perlahan.
2. Paparan Suara Keras (Noise-Induced Hearing Loss/NIHL)
Paparan terhadap suara keras dalam jangka panjang seperti suara mesin berat, konser musik, atau penggunaan earphone dengan volume tinggi dapat merusak sel-sel rambut koklea. Kerusakan ini sering kali bersifat permanen, dan semakin lama terkena paparan suara keras, semakin besar kemungkinan seseorang mengalami gangguan pendengaran sensorineural.
3. Genetik dan Penyakit Turunan
Beberapa orang yang terlahir dengan kerusakan genetik dapat mempengaruhi perkembangan telinga dalam atau saraf pendengaran. Gangguan ini bisa terjadi sejak lahir atau berkembang pada usia dewasa. Misalnya, beberapa kelainan genetik seperti syndrome Usher dan pendred syndrome diketahui dapat menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural.
4. Trauma atau Cedera
Cedera fisik pada kepala atau telinga dapat merusak struktur telinga dalam, menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural. Cedera ini mungkin terjadi akibat kecelakaan, benturan keras, atau akibat penggunaan alat musik berfrekuensi tinggi yang menghasilkan suara keras berulang-ulang.
5. Infeksi atau Penyakit Tertentu
Beberapa infeksi, seperti meningitis atau otitis media berat, dapat merusak saraf pendengaran atau struktur koklea. Selain itu, beberapa penyakit seperti diabetes atau hipertensi yang tidak terkontrol juga dapat berkontribusi pada penurunan kemampuan pendengaran sensorineural seiring waktu.
6. Obat-Obatan Ototoksik (Aminoglikosida, Kemoterapi)
Beberapa jenis obat, khususnya antibiotik kelas aminoglikosida dan obat kemoterapi tertentu, dapat berisiko merusak sel-sel rambut di koklea, yang pada akhirnya menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural. Obat-obatan ini disebut ototoksik, yang berarti dapat merusak telinga.
Baca juga: Mengenal Presbikusis: Gangguan Pendengaran pada Lansia
Gejala dan Dampak Gangguan Pendengaran Sensorineural
Gejala gangguan pendengaran sensorineural dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan dan area yang terpengaruh. Beberapa gejala utama meliputi:
- Kesulitan mendengar suara frekuensi tinggi seperti suara wanita dan anak-anak, serta suara-suara dalam lingkungan yang bising.
- Tinnitus (berdenging atau mendesis) yang sering kali muncul pada gangguan pendengaran sensorineural.
- Kehilangan kemampuan untuk mendengar percakapan dengan jelas, meskipun volume suara sudah dikeraskan.
- Kesulitan mendengar dalam situasi bising karena kemampuan otak untuk memproses suara yang datang dari latar belakang bising terganggu.
Pada tahap lanjut, gangguan pendengaran sensorineural dapat mempengaruhi kualitas hidup secara signifikan. Diantaranya menyebabkan masalah dalam berkomunikasi, stres, dan isolasi sosial.
Pengobatan dan Penanganan Gangguan Pendengaran Sensorineural
Hingga saat ini, gangguan pendengaran sensorineural belum dapat disembuhkan sepenuhnya, namun ada beberapa cara untuk mengatasi kondisi ini:
1. Alat Bantu Dengar (Hearing Aids)
Perangkat ini yang paling umum digunakan untuk membantu mereka yang memiliki gangguan pendengaran sensorineural ringan hingga sedang. Alat ini bekerja dengan memperkuat suara sehingga lebih mudah terdengar oleh telinga.
2. Implan Koklea
Pada gangguan pendengaran sensorineural yang lebih parah, implan koklea dapat menjadi solusi. Implan ini adalah perangkat elektronik yang menggantikan fungsi sel-sel rambut koklea yang rusak, kemudian mengubah suara menjadi impuls listrik dan mengirimkannya ke saraf pendengaran.
3. Terapi Tinnitus
Bagi pasien yang mengalami tinnitus, terapi suara, atau bahkan penggunaan alat bantu dengar khusus yang menenangkan suara berdering di telinga, dapat membantu mengurangi dampak tinnitus pada kehidupan sehari-hari.
4. Rehabilitasi Auditori
Pelatihan atau terapi dengan seorang ahli (audiolog) dapat membantu seseorang dengan gangguan pendengaran sensorineural, belajar cara beradaptasi dengan kesulitan mendengar. Ini sering termasuk penggunaan alat bantu dengar dan teknik komunikasi alternatif.
5. Pencegahan Lebih Lanjut
Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut, sangat penting untuk menghindari paparan suara keras. Penggunaan pelindung telinga atau earplug di tempat kerja atau saat mendengarkan musik di volume tinggi dapat membantu melindungi pendengaran.
Kesimpulan
Gangguan pendengaran sensorineural adalah kondisi yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mendengar suara dengan jelas, akibat kerusakan pada telinga dalam atau saraf pendengaran. Penyebabnya beragam, mulai dari faktor usia, paparan suara keras, hingga faktor genetik atau penyakit tertentu.
Meskipun tidak dapat disembuhkan, ada berbagai cara untuk mengelola gangguan ini, termasuk penggunaan alat bantu dengar dan implan koklea. Pemahaman yang lebih baik tentang kondisi ini dan penanganan yang tepat dapat membantu pasien mempertahankan kualitas hidup mereka.